Selamat Tinggal Shanghai Mansion


Pagi meruak. Aku bergegas bangkit dari kasur tebal bergaya Shanghai masa lalu. Masih terasa sisa-sisa lelah semalam, campur aduk dengan rasa cemas tak mampu bangun tepat waktu. Kunyalakan shower di kamar mandi bernuansa merah sambil mengerjap-ngerjapkan mata. Berharap kantuk yang menggelayut segera pergi




Shanghai Mansion Hotel, Bangkok | Photo: perempuancahaya
Setelah bergegas membersihkan gigi dan menempatkan semua peralatan mandi pada kantung mika bawaanku, segera aku mengunci rapat travelling bag dan menegakkannya.

Pandangan kuarahkan ke sekeliling kamar. Meja rias, kasur, almari pakaian, wastafel. Tidak ada lagi barang-barang pribadiku yang tertinggal.

Jam tangan silver Alexandre Christie-ku menunjukkan pukul 05.30 pagi waktu Bangkok. Aku berjanji pada Baby untuk berada di lobby, dan ini sudah terlambat.

Aku membuka ganjal kayu pintu merah bergaya Cina kuno. Suaranya cukup berisik. Krieeeetttt. Setelah pintu terbuka lebar, kukeluarkan semua barang bawaan ke lorong hotel yang sedikit 'spooky '. Tidak ada siapapun di lorong.

Kuseret travelling bag menuju lift, letaknya di kelokan pertama lorong. Aku melewati ruang duduk remang-remang yang memuat beberapa rak buku di sisi-sisi dindingnya. Sambil memencet tombol lift menuju lobby, aku sempat memotret ruang duduk itu.


Merah dan remang. Ahaha. Aku jadi terbayang suasana rumah bordil di film-film bernuansa Cina yang sering aku tonton.

Shanghai Mansion, Bangkok - September 23, 2012

No comments:

Post a Comment

copyright © . all rights reserved. designed by Color and Code

grid layout coding by helpblogger.com